Harapan di Musim Dingin

Baca Juga :
    Judul Cerpen Harapan di Musim Dingin

    Melihatmu tumbuh dewasa. Melihatmu berdiri dengan anggun menggunakan gaun warna putih kesukaanmu. Dan melihatmu bersanding dengan seseorang pilihanmu. Hanya itu keinginanku. Pasti akan indah, jika itu benar-benar terjadi padamu, Krystal.

    Angin sepoi-sepoi yang berhembus di pagi ini terasa begitu dingin. Perlahan masuk melalui celah-celah kecil jendela dari sebuah kamar yang luas dan berantakan. Memberi udara dingin di area kamar itu. Si pemilik kamar semakin erat memeluk gulingnya dan semakin menutup dirinya menggunakan sellimut tebal yang menempel padanya. Padahal jam dinding sudah menunjukan pukul 06.00 pagi, dia masih saja tidak mau bangun dari tidurnya. Perlahan pintu kamarnya terbuka, seorang gadis kecil memasuki kamar itu dengan langkah pelan dan sedikit menjinjit. Si pemilik kamar nampaknya tidak menyadari kehadiran gadis kecil itu. Gadis kecil itu pun naik ke ranjang si pemilik kamar dan mencium pipinya agar si tukang tidur itu bangun.

    “Om Bagas! Bangun! udah siang tau!” Kata gadis kecil itu sambil menepuk-nepuk pipi orang yang di panggil ‘om bagas’ itu. Bagas membuka mata perlahan lalu menatap gadis kecil yang dengan tidak berdosanya membangunkan Bagas.
    “Hey anak kecil! Kamu ngapain disini? Om ngantuk!” Kata Bagas sembari menutup dirinya dengan selimut lagi. Gadis kecil itu pun tidak menyerah, dia turun dari ranjang Bagas dan berlari dengan lucunya menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar Bagas. Tak lama dia ada di dalam sana lalu keluar membawa gayung berisi air kran. Dia kembali naik ke ranjang dan membuka selimut yang menutupi wajah Bagas. Dengan santainya dia menyiram wajah Bagas dengan air yang dibawanya. Bagas yang kaget langsung bangun sambil mengucek-ucek matanya.
    “Huuaa Dingiiinn” jerit Bagas kedinginan. Bibirnya membiru dan gemetar.
    Gadis kecil itu tertawa puas dan langsung melempar gayungnya sembarangan. Kaki kecilnya berlari ke luar dari kamar Bagas sebelum mendapat amukan dari Bagas.
    “KRYSTAL…!!!” Teriak Bagas dengan wajah geramnya. Lalu Bagas berjalan masuk ke kamar mandi, diambilnya sikat gigi dan pasta gigi yang sudah tertata rapi di tempatnya. Dengan perlahan dia menggosok giginya, sesekali ia menatap dirinya sendiri di cermin sambil berbicara pada dirinya sendiri.
    “Bagas! Ternyata kau begitu tampan. Pantas saja Kyuhyun iri padamu. Haha.”

    Satu jam setelah bangun dari tidurnya, dia sudah rapi dengan jas putih menempel di tubuhnya, serta tas hitam di tangannya yang selalu ia bawa bekerja. Bagas perlahan menuruni satu persatu setiap anak tangga menuju ruang makan di lantai satu. Terlihat seorang asisten rumah tangga tengah menata piring di meja makan, sementara Ayah, Ibu, Kakaknya dan Krystal, anak dari kakaknya sudah duduk manis menunggu Bagas untuk sarapan bersama. Keponakannya yang sudah berumur 11 tahun itu tersenyum manis padanya. Bagas pun membalasnya dengan manis juga.

    “Om Bagas! Apa kau tidur nyenyak?.” Tanya Krystal pada Bagas yang sudah duduk di sebelahnya. Bagas mengacak rambut ponakannya itu dengan rasa sayang.
    “Menurut kamu? Dasar anak nakal!”
    “Aku nggak nakal kok. Om aja tuh yang kaya kebo, udah siang nggak bangun-bangun. kamarnya berantakan pula. Wuuu” Krystal meledek Bagas dengan memeletkan lidahnya pada Bagas. Wajah imutnya semakin terlihat lucu dan cantik. Membuat Bagas tersenyum senang melihat keponakan tercintanya ini.
    “Iya deh, Om kalah”
    “Oh iya semalam aku mimpiin om lho”
    “Oh ya? Kamu mimpi apa?”
    “Entahlah. Yang aku ingat aku memakai gaun putih yang sangat cantik.”
    “Benarkah? Mungkin Krystal sedang melangsungkan pernikahan? Ahaha.” Jawaban Bagas yang asalan membuat semua yang ada di meja makan tertawa. Hanya Krystal yang melongo kebingungan dengan wajah dan ekspresi polosnya.
    “Menikah itu apa? Aku tidak tahu. Di dalam mimpiku semua orang tertawa bahagia, hanya om Bagas yang menangis.”
    “Tentu saja paman akan menangis karena kehilangan keponakan selucu kamu haha.”
    “Ah aku tidak paham. Lebih baik kita makan.“
    “Haha. Baiklah gadis kecil. Ayo makan!” Semua orang yang ada dalam meja makan itu langsung mengambil lauk yang mereka inginkan, melahapnya dengan santai. Bagaslah orang pertama yang selesai membersihkan piringnya dari nasi dan lauk pauk. Dia berdiri dan berpamitan kepada semua orang yang masih berkutik dengan piring dan sendok mereka.

    “Aku berangkat dulu.” Kata Bagas sambil berdiri dari duduknya.
    “Sampai jumpa nanti om.”
    “Iya Krystal. Bye.” Krystal melambai sebelum Bagas keluar, Bagas pun ikut melambai dengan senyum merekah di wajah tampannya.

    Bagas berlari cepat saat mendengar ada korban kecelakaan yang baru saja tiba. Setibanya di ruang 1 dia langsung memeriksa keadaan pria berusia 40 tahunan itu. Lalu dia menyuruh dokter yang ada di ruangan 1 untuk mencarikan kantong darah karena pasien ini kekurangan banyak darah dan harus menjalani operasi. 3 menit setelah korban di ruang 1 tiba di rumah sakit, korban lain datang. Dia anak kecil berumur 10 tahun. Anak ini juga korban kecelakaan yang sama dengan pasien ruang 1. Lalu anak ini ditempatkan di ruang 2. Dia kehilangan banyak sekali darah. Dokter Kyuhyun yang menangani pasien kecil ini langsung memeriksanya, dia lalu menyuruh dokter yang ada di ruang 2 untuk mengambil persediaan darah AB untuk melakukan operasi.
    Dokter yang diperintahkan Bagas membawa 3 kantong darah ke ruang 1.
    “Dok hanya ada 3 kantong, kita kehabisan darah AB.”
    “Itu cukup, cepat bawa dia keruang operasi.”
    Bagas dan beberapa dokter lain mendorong pasien itu menuju ruang operasi. Dokter Kyuhyun sempat melihat dan mendengar percakapan Bagas dan dokter yang bersama Bagas. Dokter yang diperintahkan Kyuhyun masuk dengan wajah khawatir.
    “Dok persediaan darah AB habis. Kami sudah menelepon rumah sakit lain untuk minta darah dan akan datang satu jam lagi.”
    “Satu jam? Itu terlalu lama.”
    “Tadi tersisa 3 kantong darah. Tapi pasien ruang 1 yang mendapat duluan. Orang itu yang menabrak anak ini dok. Kebetulan golongan darah mereka sama.” Kata dokter itu menjelaskan.

    Tanpa pikir panjang lagi, Kyuhyun langsung berlari mengikuti arah perginya Bagas. Saat Bagas memasuki lift dan menekan nomor ke lantai dimana ruang operasi berada, Kyuhyun langsung menjegal pintu lift agar tidak tertutup. Bagas sedikit kaget dan marah.
    “Mau apa kau?! Aku sedang buru-buru.”
    “Pasienku anak kecil berumur 10 tahun, dia memerlukan darah. Golongan darahnya sama dengan pasienmu.”
    “Apa hubungannya denganku?”
    “Tolong berikan darah itu untuk pasienku?”
    “Apa kau bercanda? Pergilah! Aku tidak ingin bermain-main!”
    “Apa menurutmu aku sedang bercanda? Pasienku sekarat!”
    “Pasienku juga! Dia juga kehabisan banyak darah.”
    “Darah lain akan datang saju jam lagi, tolonglah berikan padaku!”
    “Kenapa bukan kau saja yang menunggu?”
    “Tapi pasienku benar-benar membutuhkan darah. 1 jam terlalu lama untuk anak sekecil itu.”
    “Pria ini yang datang lebih dulu, jadi kita harus mendahulukan yang pertama.”
    “Tapi pria ini yang menabrak anak itu.”
    “Jadi maksudmu, kau ingin membiarkan pasien ini mati hanya karena dia seorang penjahat? Dengar, Kyuhyun! Dokter bertugas menyelamatkan pasien, bukan menghakiminya!” Kyuhyun terdiam, ia membenarkan kata-kata Bagas. tapi dalam hatinya ia makin dongkol pada Bagas. Kelakuan Bagas pada dirinya beberapa bulan terakhir dan saat ini benar-benar membuatnya semakin membenci Bagas.

    Pintu lift tertutup, Kyuhyun segera berlari menuju pasiennya di ruang 2.
    “Siapkan ruang operasi sekarang!” perintahnya pada beberapa dokter yang ada di ruang 2. Mereka pun membawa anak kecil itu menuju ruang operasi. Kyuhyun memakai pakaian perlengkapan operasi. Kemudian dia dan dokter lain mulai mengoperasi anak itu. Sekitar 1 jam saat operasi berlangsung, mereka kehabisan darah, detak jantung si anak mulai melemah. Kyuhyun menyuruh salah satu dokter untuk mengambil darah yang meminta dari rumah sakit lain. Dokter itu keluar dari ruang operasi dengan berlari cepat. Kyuhyun dan dokter lain berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga jantungnya tetap berdetak. Saat salah satu dokter masuk sambil membawa 3 kantong darah di kedua tangannya sambil tersenyum bahagia, peralatan medis sudah menyatakan bahwa anak itu sudah tidak bernyawa lagi. Semuanya terdiam membisu, tak ada yang bicara. Semua terlihat begitu terpukul. Kyuhyun melirik jam tangan yang ia pakai. Lalu memberi pengumuman singkat.
    “Hubungi keluarganya. Meninggal pukul 13.45”.
    Semua dokter yang ada di ruang operasi itu sangat sedih. Terlebih Kyuhyun dia langsung mencopot pakaian operasinya dengan kasar dan membuangnya sembarangan. Dokter yang bersamanya sejak awal operasi pasti tau apa yang Kyuhyun rasakan.

    Operasi Bagas berjalan dengan sukses, dan pasiennya kini akan dibawa ke ruang biasa. Bagas dan dokter yang bersamanya mendorong ranjang pasien itu. Beberapa suster yang melewati Bagas membicarakan tentang kematian anak kecil yang dioperasi oleh Kyuhyun.
    “Anak kecil yang kecelakaan tadi meninggal di meja operasi karena kekurangan darah. Kasian ya.” Kata salah satu suster. Lalu suster yang lain ikut menjawab.
    “iya padahal anaknya lucu.”
    Bagas yang mendengar percakapan itu langsung kaget, saat ia melewati ruang operasi dimana anak kecil itu dioperasi, Bagas melihat meja operasi yang dipenuhi darah, meja tampak berantakan. Ia merasa kasihan pada anak kecil itu. Namun ia terus berkonsentrasi mendorong pasiennya.

    Sore harinya Bagas dan Kyuhyun saling berpapasan di lorong rumah sakit saat mereka sedang berjalan sendiri. Kyuhyun menghentikan langkah kakinya saat Bagas sudah berjarak kurang dari 5 meter darinya. Matanya tajam menatap Bagas. Penuh amarah dan kebencian. Bagas pun tidak mau kalah. Ia ikut menampakkan wajah sinisnya pada Kyuhyun. Kyuhyun memulai pembicaraan terlebih dulu.
    “Apa kau tidak merasa bersalah?”
    “Bersalah? Aku tidak melakukan kesalahan apapun”
    “Anak kecil tadi! Apa kau pikir itu bukan salahmu!”
    “Kenapa itu menjadi salahku? Itu kehendak Tuhan!”
    “Kalau saja kau mau menunggu 1 jam saja. Anak kecil tadi pasti selamat.”
    “Sudah kubilang pasienku juga membutuhkan banyak darah secepatnya.”
    “Tapi pasienmu pria dewasa, pasienku anak kecil. Kau tahu kan kalau anak kecil tidak kuat menahan rasa sakit begitu lama. Sedangkan pria dewasa bisa!”
    “Kita harus mendahulukan mana yang pertama datang, bukan mana yang lebih tua atau muda”
    “Kau itu seorang dokter! Harusnya kau tahu bahwa anak kecil dan perempuan harus didahulukan! Karena mereka tidak sanggup bertahan lama.”
    “Aku tahu bahwa kita harus mendahulukan anak kecil dibanding pria dewasa.”
    “Lalu kenapa kau tidak mau menyerahkan darahnya padaku saat aku memintanya?”
    “Itu karena kau, Kyuhyun! Karena kau yang memintanya! Jika bukan kau yang meminta padaku, aku akan memberikan darah itu!”
    “Alasan bodoh macam apa itu?? Bullsh*t!” Kyuhyun yang emosinya sudah memuncak segera melangkahkan kakinya melewati dan menjauhi Bagas yang membuatnya hampir mati berdiri. Semua kata-kata yang keluar dari mulut Bagas membuat Kyuhyun semakin tidak rela melepaskan apa yang paling berharga dalam hidupnya. Satu-satunya keluarga yang ia sayangi dan menyayanginya. Rein.

    Kyuhyun segera memeriksa seorang gadis kecil yang baru saja masuk ke ruang UGD. Kepalanya penuh darah seperti terbentur sesuatu yang tajam. Baju dan tubuh anak itu berlumuran darah akibat kecelakaan yang menimpanya sepulang sekolah tadi. Jalanan yang licin karena salju. membuat sebuah motor dengan cepat menabraknya hingga gadis itu terpental jauh. Si pengendara yang diketahui ternyata adalah pria yang beberapa hari lalu masuk rumah sakit ini. Pria yang menabrak anak laki-laki kecil yang dioperasi oleh Kyuhyun. Kyuhyun memutuskan untuk mengoperasi anak itu karena kekurangan banyak darah. Beberapa suster berbisik prihatin pada Kyuhyun. Dia selalu mendapat pasien anak kecil korban dari kecelakaan.
    “Kenapa dokter Kyuhyun selalu mendapat pasien seperti ini? Kasihan dia.” Kata seorang suster, suster lain mengiyakan pendapat temannya itu.
    “Benar. Aku punya firasat yang tidak baik pada nasib anak ini, seperti anak kecil yang kemarin.”

    Kabar tentang keponakannya yang kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit tempatnya bekerja sampai di telinga Bagas. Bagas berlarian di lorong rumah sakit. Langkah kakinya yang panjang dengan cepat sampai di ruang operasi. Bagas berhenti di depan pintu ruang itu. Pundaknya naik turun seiring dengan irama nafasnya yang terengah-engah akibat berlari kencang. Di kursi tunggu, kakak Bagas sedang duduk sambil memegangi kepalanya. Frustasi. Bagas mendekatinya dan duduk di sampingnya. Lalu mengusap pundaknya perlahan. Takut. Khawatir. Sedih. Itulah yang dirasakan kedua pria itu.

    Kyuhyun keluar dari ruang operasi dengan wajah yang sulit ditebak. Kakak Bagas berdiri dari duduknya dan mendekati Kyuhyun. Dia bertanya tentang keadaan Krystal. Entah kenapa hari ini Kyuhyun bersikap ramah pada orang. Termasuk Bagas. Kyuhyun tersenyum pada Bagas. Senyum yang tak pernah ia berikan sebelumnya.
    “Krystal baik-baik saja. Setelah 1 atau 2 minggu juga sudah boleh pulang” kata Kyuhyun membuat Bagas dan kakaknya tersenyum senang. Kyuhyun pergi meninggalkan Bagas dan kakaknya. Bagas berusaha mengejar Kyuhyun dan menghadang di depannya.
    “Terima kasih sudah menolong Krystal.” kalimat itu membuat Kyuhyun tersenyum geli.
    “Aku melakukan semua ini bukan untuk mendapat kata ucapan ‘terima kasih’ darimu. Tapi inilah tugas seorang dokter.” Kyuhyun berlalu begitu saja. Bagas? Dia hanya diam. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini.

    Beberapa hari telah berlalu. Hubungan Bagas dan Kyuhyun perlahan mulai hangat dan mencair. Langit malam mulai menghitam. Di jam-jam seperti ini. Semua orang waktunya menyelesaikan pekerjaan mereka. Termasuk Bagas. Ia sudah menenteng tas hitamnya. Berniat pulang lebih awal hari ini. tiba-tiba Kyuhyun muncul di depannya.
    “Aku merestui kau bersama Rein, kakakku. Tapi ingat! Kalau kau membuatnya menangis. Kau tidak akan selamat!”
    Ancaman Kyuhyun justru membuat Bagas tersenyum senang. Kyuhyun melangkah meningalkan Bagas sendiri yang masih tersenyum. Senyum penuh kemenangan. Usahanya selama setengah tahun meminta restu dari Kyuhyun, adik dari Rein, gadis yang dicintainya, akhirnya tercapai juga.

    Bagas dan Kyuhyun rajin memeriksa keadaan Krystal. Mereka bertiga terlihat makin akrab setiap harinya. Entah apa yang terjadi tapi keadaan Krystal semakin memburuk. Walaupun keadaannya semakin memburuk. Krystal terus berbicara pada Bagas dan Kyuhyun bahwa ia ingin pulang ke rumah. Dia selalu bilang tidak betah dengan ruangan serba putih ini. Tidak betah dengan bau obat-obatan yang selalu menusuk ke hidungnya. Tidak betah dengan alat-alat medis yang menempel di tubuhnya. Itu sangat menyiksanya. Bagas dan Kyuhyun juga ingin memulangkan Krystal, namun mereka juga harus mematuhi peraturan rumah sakit dan harus memikirkan keadaan Krystal.

    Hari ini. Hari jum’at minggu kedua Krystal berada di rumah sakit. Kyuhyun kali ini sendirian berjalan ke ruang tempat dirawatnya Krystal. Dibukanya pintu ruang itu. Terlihat gadis kecil tengah tertidur lelap dengan dikelilingi alat-alat medis yang menempel pada tubuhnya. Kyhyun mendekatinya. Duduk di kursi sebelah gadis kecil itu. Digenggamnya tangan Krystal yang dingin dan berkeringat. Kyuhyun yang kaget langsung memeriksa Krystal dengan cemasnya. Lalu memanggil beberapa dokter untuk membantunya. Saat ada dokter yang masuk dan memeriksa Krystal. Dia bangun. Krystal membuka matanya yang sayu. Perlahan menggerakkan bibirnya.
    “Bunda??” itulah kata yang diucapkan pertama kali oleh Krystal. Kyuhyun langsung berlari ke luar mencari Bagas.
    Setelah bertemu, mereka mempercepat langkahnya menuju ruangan dimana Krystal dirawat. Pikiran Bagas mulai negatif. Memikirkan seuatu yang tidak-tidak. Sesampainya disana Bagas langsung memegang erat tangan Krystal. Sementara Kyuhyun menghubungi ayah Krystal di luar ruangan.
    “Kenapa sayang?? Ada yang sakit?” tanya Bagas dengan wajah cemasnya.
    “Kepala Krystal sakit Om.”
    “Krystal pegang tangan Om erat-erat. Krystal sayang sama Om kan?”
    “iya”
    “Kalo kamu sayang sama Om. Krystal harus kuat. Krystal pasti kuat.”
    “Krystal capek om. Kepala Krystal sakit”
    “Krystal harus kuat. Krystal minta apa? Bilang sama Om Krystal minta apa?”
    “Krystal pengin ketemu Bunda.”
    Bagas terdiam. Lidahnya beku. Tak tahu apa yang harus ia katakan pada si kecil kesayangannya ini. Bunda? Bundanya sudah tidak ada sejak ia lahir. Dan sekarang? Dia ingin bertemu bundanya? Bagas benar-benar cemas. Ia sudah mulai berfikir kemana-mana. Kepalanya ikut-ikutan menjadi pusing. Terlebih saat Krystal memegang pipinya sambil tersenyum.
    “Aku sayang sama Ayah, Bunda dan Om Bagas.”
    “Om juga sayang kamu Krystal.” Bagas memeluk Krystal dengan eratnya. Setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Bagas, Krystal memejamkan mata indahnya. Dengan senyum terukir indah di wajah imutnya. Tubuh yang Bagas peluk mulai dingin dan membeku. Tangannya kaku. Denyut nadi sudah tak ada lagi. Jantungnyapun sudah berhenti berdetak. Monitor sudah menunjukan garis lurusnya. Diikuti bunyi biip yang panjang. Bagas yang terlalu terkejut langsung jatuh ke lantai. Kakinya lemas sampai tidak mampu menopang dirinya sendiri. Kyuhyun dan beberapa dokter yang melihat Bagas jatuh terduduk langsung menolongnya bangun. lalu mendudukkannya di kursi. Matanya yang sudah mulai berair, langsung terbentuk sungai kecil dari sudut matanya. Mengalir deras tak terkendali. Kyuhyun pun ikut menangis. Krystal adalah salah satu pasien paling ceria yang ia temukan. Dan sekarang. Tak ada lagi senyum indahnya. Tak ada lagi tawa cerianya. Tak ada! Kyuhyun menatap Bagas yang masih terduduk lemas sambil memgangi kepalanya. Bahunya terguncang hebat seiring tangisnya. Dia merasa sangat bersalah karena tidak bisa merawat Krystal dengan baik. Kyuhyun menepuk pundak Bagas dan menenangkannya. Kyuhyun merasa baru kemarin dia melihat Bagas tersenyum bahagia, Bagas yang kuat dan pemberani, Bagas yang kasar dan tegas. Tapi sekarang ia melihat sosok lain dari Bagas. Sosok yang rapuh dan lemah.

    Musim dingin sudah berlalu. Musim semi telah datang. Pohon di jalanan sudah mulai menumbuhkan daun baru. Bunga-bunga bermunculan dimana-mana. Namun keindahan itu semua tidak berarti apa-apa bagi Bagas. Yang paling indah adalah senyum manis yang terbentuk dari sudut bibir Krystal. 2 bulan setelah kepergian Krystal. Bagas masih terlihat terpukul. Semua anggota keluarga memang sedih. Tapi hanya Bagas yang sedih berkepanjangan. Dia selalu mengurung diri di kamarnya. Semua orang yang ada di rumah itu juga bingung dengan sikap Bagas. Tak ada yang bisa menghiburnya. Bahkan Rein, gadis idamannya tak bisa menghibur Bagas. Kyuhyun, berkali-kali mencoba menghiburnya. Namun Bagas ya Bagas. Jika emosi dalam dirinya tidak terkendali. Tak ada yang bisa menyembuhkannya. Dia tidak akan mudah melupakannya. Apalagi jika orang yang ia sayangi harus diambil oleh-Nya.

    Bagas duduk di lantai kamarnya. Bersender di ranjang tempat tidurnya. Dia menatap sekelilingnya. Berantakan. Dia tersenyum mengingat kata-kata Krystal yang mengatakan bahwa kamarnya berantakan. Ia mengingat saat Krystal mencium pipinya. Ia mengingat saat Krystal mengguyurnya dengan air kran. Ia mengingat lambaian tangan kecilnya. Ia mengingat suara parau Krystal yang mengatakan bahwa Krystal menyayanginya. Ia mengingat bagaimana bahagianya senyum Krystal saat ia menutup matanya. Semuanya tergambar jelas dalam memori pikiran Bagas.
    Kini tak ada lagi yang mencium pipinya. Tak ada lagi yang membangunkannya dengan menyiram wajahnya. Tak ada senyum manis yang menyapanya. Tak ada lagi gadis kecil itu dalam hidupnya. Tak ada lagi! Bagas menundukan kepalanya. Menyembunyikan wajah yang dipenuhi air mata. Air mata kesedihan.

    Aku ingin melihatmu tumbuh dewasa. Tapi aku melihatmu terbujur kaku dan dingin tanpa ada tanda-tanda kehidupan dalam dirimu. Aku ingin melihatmu berdiri dengan anggun menggunakan gaun warna putih kesukaanmu. Tapi aku melihatmu tertidur dengan terbungkus kain putih polos itu.
    Aku menyayangimu dan aku ingin bersamamu. Tapi aku tahu. Kenapa DIA dengan cepat mengambilmu, karena DIA ingin segera bertemu denganmu. Karena DIA lebih menyayangimu.

    THE END

    Cerpen Karangan: Siti Nurfa
    Facebook: Siti Nurfa Bagasran LVikers

    Artikel Terkait

    Harapan di Musim Dingin
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email