Judul Cerpen Mencintaimu Lewat Doa
Satu persatu kenangan bersamamu mulai hadir lagi dalam benakku, kau menyapa dalam mimpiku. Dan seuntai senyuman menentramkan yang masih sama seperti dulu. Aku mungakin bisa menahan rasa rinduku yang bergemuruh (Nur Narsiyati).
Aku memang tak pernah benar-benar bisa melupakan kenangan indah bersamanya. Aku masih begitu ingat saat pertama kali ia menyapaku lewat chat facebook. Saat ia menyanyikan lagu yang di cover ulang Sammy Simorangakir “Kau lah segalanya untukku.” Lagu itu seolah menjadi penawar rindu sekaligus rasa kecewaku saat aku harus mengingat ia meninggalkanku tanpa alasan.
“Kamu masih saja memikirkan laki-laki itu?,” sambar Dara yang tiba-tiba datang dari arah belakang.
“gak, aku gak mikirin dia, aku hanya belum bisa lupa,” jawab ku polos.
“Kamu bodoh Win jika masi memikirkan laki-laki yang sudah meninggalkanmu tanpa alasan itu.”
“Mungakin menurutmu itu suatu kebodohan, tapi menurutku itu karena cinta dan bukti dari setiaku.”
“Tapi untuk apa? toh dia juga kan sudah pergi dan tidak pernah peduli pada cinta dan setiamu.”
“Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya lagi.”
Aku selalu berusaha mengganti topik pembicaraan, karena jika tidak Dara tidak akan berhenti meperingatkanku bahwa laki-laki seperti itu tidak pantas untukku. Tapi semakin aku mendengarkan ocehan Dara, aku malah semakin takut untuk melupakannya. Dan aku merasa apa yang dikatakan Dara padaku karena dia tidak merasakan cinta seperti yang aku rasakan. Aku masih mencintainya, masi sangat mencintainya, dalam diamku, dalam doa-doaku. Entah berapa lama lagi aku butuh waktu untuk bisa berhenti. Kemarin, hari ini atau bahkan mungakin besok akan tetap sama. Tidak ada yang akan berubah dari perasaanku, karena rasa itu telah terlanjur kutitipkan di hatinya.
“Hy sayang, lagi apa kamu?”
“Mikirin kamu, oh ia aku udah ceritain tentang kita lo sama ibu jadi kamu udah gak bisa main-main atau pun ninggalin aku.”
“gak akan, i will always be with you.”
Masih kusimpan setiap pesan yang ia kirimkan untukku, ada harapan setiap kali aku membacanya. Sekalipun kenyataannya sekarang ia sudah tak bersamaku. Aku pernah mendengar orang mengatakan bahwa doa bisa merubah takdir, maka dari itu aku tidak mengejarnya dengan berlari, tapi kusebut berulang-ulang namaya dalam doa.
“Winda, ada yang tanyain kamu tuh sama aku!”
“Siapa? terus aku kenal gak sama dia?”
“Iya gak sih, makanya kenalan dong biar kenal.”
“Makasih deh, tapi aku lagi gak mood kenalan sama cowok.”
“Apa sih win yang istimewa dari laki-laki itu?” Suara bicara Dara mulai terdengar agak tinggi.
“Dara please, jangan paksa aku untuk ngejawab pertanyaan-pertanyaan yang aku sendiri butuh jawaban. Kamu fikir aku suka berada di posisi yang sperti ini? Aku capek sama prasaanku, aku juga capek sama pertanyaan-pertanyaan kamu. Jadi tolong berhenti bertanya, berhenti ngenalin aku sama temen-temen cowok kamu itu. Aku cuma butuh kamu buat jadi penguatku.”
Aku meninggalkan Dara yang dari tadi hanya terdiam karena mendengar jawabanku.
Musim sudah berganti beberapa kali, dari musim durian dan sekarang musim rambutan. Sudah tidak ada pertanyaan yang biasa Dara tanyakan setiap kali bertemu denganku. Sudah tidak ada pertemuan yang ia aturkan untukku. Mungakin Dara sudah bosan menerima penolakanku atau ia mulai mengerti pada pilihanku. Dari semua perubahan itu hanya ada satu yang masih sama, perasaanku. Iya, sampai detik ini aku masi berharap jika kelak akan ada bahagia untukku. Dan semoga saja takdir akan memilihku untuk mendampinginya.
Cerpen Karangan: Wirdatun Jannah
Facebook: Wirdatun jannah
Satu persatu kenangan bersamamu mulai hadir lagi dalam benakku, kau menyapa dalam mimpiku. Dan seuntai senyuman menentramkan yang masih sama seperti dulu. Aku mungakin bisa menahan rasa rinduku yang bergemuruh (Nur Narsiyati).
Aku memang tak pernah benar-benar bisa melupakan kenangan indah bersamanya. Aku masih begitu ingat saat pertama kali ia menyapaku lewat chat facebook. Saat ia menyanyikan lagu yang di cover ulang Sammy Simorangakir “Kau lah segalanya untukku.” Lagu itu seolah menjadi penawar rindu sekaligus rasa kecewaku saat aku harus mengingat ia meninggalkanku tanpa alasan.
“Kamu masih saja memikirkan laki-laki itu?,” sambar Dara yang tiba-tiba datang dari arah belakang.
“gak, aku gak mikirin dia, aku hanya belum bisa lupa,” jawab ku polos.
“Kamu bodoh Win jika masi memikirkan laki-laki yang sudah meninggalkanmu tanpa alasan itu.”
“Mungakin menurutmu itu suatu kebodohan, tapi menurutku itu karena cinta dan bukti dari setiaku.”
“Tapi untuk apa? toh dia juga kan sudah pergi dan tidak pernah peduli pada cinta dan setiamu.”
“Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya lagi.”
Aku selalu berusaha mengganti topik pembicaraan, karena jika tidak Dara tidak akan berhenti meperingatkanku bahwa laki-laki seperti itu tidak pantas untukku. Tapi semakin aku mendengarkan ocehan Dara, aku malah semakin takut untuk melupakannya. Dan aku merasa apa yang dikatakan Dara padaku karena dia tidak merasakan cinta seperti yang aku rasakan. Aku masih mencintainya, masi sangat mencintainya, dalam diamku, dalam doa-doaku. Entah berapa lama lagi aku butuh waktu untuk bisa berhenti. Kemarin, hari ini atau bahkan mungakin besok akan tetap sama. Tidak ada yang akan berubah dari perasaanku, karena rasa itu telah terlanjur kutitipkan di hatinya.
“Hy sayang, lagi apa kamu?”
“Mikirin kamu, oh ia aku udah ceritain tentang kita lo sama ibu jadi kamu udah gak bisa main-main atau pun ninggalin aku.”
“gak akan, i will always be with you.”
Masih kusimpan setiap pesan yang ia kirimkan untukku, ada harapan setiap kali aku membacanya. Sekalipun kenyataannya sekarang ia sudah tak bersamaku. Aku pernah mendengar orang mengatakan bahwa doa bisa merubah takdir, maka dari itu aku tidak mengejarnya dengan berlari, tapi kusebut berulang-ulang namaya dalam doa.
“Winda, ada yang tanyain kamu tuh sama aku!”
“Siapa? terus aku kenal gak sama dia?”
“Iya gak sih, makanya kenalan dong biar kenal.”
“Makasih deh, tapi aku lagi gak mood kenalan sama cowok.”
“Apa sih win yang istimewa dari laki-laki itu?” Suara bicara Dara mulai terdengar agak tinggi.
“Dara please, jangan paksa aku untuk ngejawab pertanyaan-pertanyaan yang aku sendiri butuh jawaban. Kamu fikir aku suka berada di posisi yang sperti ini? Aku capek sama prasaanku, aku juga capek sama pertanyaan-pertanyaan kamu. Jadi tolong berhenti bertanya, berhenti ngenalin aku sama temen-temen cowok kamu itu. Aku cuma butuh kamu buat jadi penguatku.”
Aku meninggalkan Dara yang dari tadi hanya terdiam karena mendengar jawabanku.
Musim sudah berganti beberapa kali, dari musim durian dan sekarang musim rambutan. Sudah tidak ada pertanyaan yang biasa Dara tanyakan setiap kali bertemu denganku. Sudah tidak ada pertemuan yang ia aturkan untukku. Mungakin Dara sudah bosan menerima penolakanku atau ia mulai mengerti pada pilihanku. Dari semua perubahan itu hanya ada satu yang masih sama, perasaanku. Iya, sampai detik ini aku masi berharap jika kelak akan ada bahagia untukku. Dan semoga saja takdir akan memilihku untuk mendampinginya.
Cerpen Karangan: Wirdatun Jannah
Facebook: Wirdatun jannah
Mencintaimu Lewat Doa
4/
5
Oleh
Unknown