Judul Cerpen Dalam Bayangan Eksekusi Mati
Di Kabupaten Sukoharjo yang berjarak sekitar 10 km sebelah selatan Kota Surakarta, tempat Presiden ke-7 Republik ini dilahirkan. Hiduplah seorang wanita yang pernah menjadi TKW bernama Merri Utami.
Merri adalah seorang perempuan dengan rambut berwarna hitam dan wajah berbentuk bulat. Dia seorang single parent, pernikahannya dengan laki-laki asal madiun tidak berjalan mulus. Selain pernikahannya yang gagal, dia juga harus menanggung beban menghidupi dua orang anak dari hasil perikahannya. Anak pertamanya, seorang wanita, sudah menikah. Sedangkan anak kedua adalah seorang laki-laki masih sekolah dan memiliki penyakit jantung bawaan lahir.
Untuk menanggung biaya sekolah dan pengobatan anak sulungnya Merri berencana untuk kembali bekerja menjadi TKI di Hongkong, karena gaji disana lebih besar dibanding jika ia bekerja di kampung halamannya.
Merri mengutarakan niatnya kepada keluarganya untuk kembali lagi bekerja di Hongkong, kakaknya berkata “kamu pakai alamat rumahku saja, supaya dokumen bisa diurus suamiku”
Kebaikan hati kakanya membuat rasa senang sekaligus tidak enak menghampiri hati Merri. Dia malu karena sejak selesai mengurus perceraian sampai sekarang dia tinggal di rumah kakaknya, sekarang ditambah harus pinjam alamat dan merepotkan suami kakaknya untuk mengurus dokumen.
“Terima kasih, mba. Maaf jadi repotin.”
“Nanti kalau surat-surat selesai, kamu langsung terbang ke Jakarta dan tinggal di penampungan TKI kan?” tanya kakaknya.
“Iya mba, aku langsung terbang ke Jakarta” jawab Merri.
Ketika di jakarta dalam perjalan menuju penampungan TKI, karena lapar Merri mampir dahulu ke daerah Sarinah untuk makan di sebuah restoran cepat saji. Ketika sedang asik makan tiba-tiba seorang laki-laki asing datang. Dengan senyum ramah laki-laki asing itu bertanya “Hello saya lihat anda sendirian, boleh saya duduk disini?”
Melihat laki-laki itu juga sendirian dan mubazir kursi di depannya kosong, Merri mempersilahkan laki-laki itu untuk duduk dan makan bersama.
“ohh, iya silahkan” Jawab Merri.
“Well, namaku Jerry, aku berasal dari Kanada dan sedang mengurus bisnis disini” Pria asing memperkenalkan namanya beberapa detik setelah duduk.
Setelah berkenalan, keduanya langsung akrab mengobrol bahkan sampai berbicara tentang kehidupan pribadi masing-masing, seperti orang sudah lama kenal.
Sejak pertemuan itu mereka akhirnya menjadi teman dekat dan saling jatuh cinta. 3 bulan sudah mereka berpacaran, selama itu pula Merri merasa menjadi wanita paling bahagia. Selain tampan, Jerry adalah seorang laki-laki yang sangat baik, penuh perhatian dan sering meberikan hadiah kepada Merri.
Suatu hari ketika mereka berkencan Jerry mengucapkan sesuatu yang membuat Merri sangat bahagia “Merri, sudahlah kamu tidak usah lagi ke penampungan. Jangan bekerja ke luar negeri!”
“Lalu, kalau aku tidak jadi kerja, bagaimana dengan keuangan keluargaku disini” jawab merri.
“Oke begini saja, tanggal 17 oktober kita liburan ke Nepal lalu akhir bulan kita pulang dan menikah, kamu mau?”
Merri langsung terkejut mendengar ucapan Jerry, setengah tidak percaya berkata “Serius, kamu mau menikahiku?”
“Tentu, aku akan langsung menikahi kamu setelah kita kembali dari liburan di Nepal” jawab Jerry.
“Iya, iya aku mau”, tanpa pikir panjang Merri langsung menerima ajakan Jerry dan keesokan harinya mereka berangkat ke Nepal.
Hari pertama dan kedua di Nepal pasangan ini menghabiskan waktu dengan sangat bahagia, siang dan malam yang penuh canda tawa. Tapi sayang di hari ketiga Jerry sudah harus kembali lagi ke Indonesia.
“Merri, maaf aku harus kembali ke Indonesia besok tanggal 20” Jerry memohon pamit.
“hahh, ada apa?” tanya Merri yang kaget mendengar ucapan Jerry.
“Aku ada urusan bisnis mendadak dan harus segera ke Indonesia.”
“Kamu disini saja karena kita sudah pesan hotel sampai tanggal 31. Aku telah memesan tas kulit untukmu dan akan diantar tanggal 31. Kamu bersenang-senang saja dulu disini”.
Merri hanya bisa diam dan menganggukan kepala mendengar ucapan Jerry.
Sampai akhirnya hari terakhir Merri di Nepal telah tiba dan tas hadiah Jerry baru saja diantar oleh dua orang laki-laki. Senang bukan kepalang Merri karena tas hadiah Jerry sangat cantik. Tapi dia heran, kenapa tas ini agak berat tidak seperti tas-tas yang pernah dia miliki.
“Terima kasih sudah mengantar tasnya, tapi kenapa tas ini sedikit berat” tanya Merri kepada laki-laki pengantar tas.
“nona, ini adalah tas kulit dengan kualitas terbaik jadi memang agak sedikit berat” jawab salah seorang pengantar tas.
“ohh begitu, maaf saya tidak mengerti tentang tas kulit” kata merri sambil tersenyum karena malu dengan pengetahuannya tentang tas.
“Baiklah nona kami mohon pamit, selamat tinggal. Hati-hati di perjalan pulang” pengantar tas mohon pamit.
Merri kembali ke Indonesia dengan hati yang gembira, dia membawa serta tas barunya sebagai barang bawaan di kabin. Tapi sayang, dia sangat lelah karena penerbangan yang memakan waktu berjam-jam, ketika meninggalkan bandara dia lupa jika membawa tas baru hadiah Jerry di kabin. Beruntung ketika hampir sampai di antrean taksi dia teringat akan bagasinya.
Dia kembali ke bandara dan menemukan bagasinya, untuk kedua kalinya dia meninggalkan bandara melewati jalan yang sama. Dia menyerahkan barang-barang bawaannya untuk pemindaian X-Ray, dan jalan dengan santai.
Merri yang lelah karena perjalan jauh tiba-tiba kaget mendengar suara dengan nada membentak dan tangannya digenggang dengan keras oleh seorang laki-laki.
Seorang petugas menarik sebuah kantong plastis dari dalam tas sambil berseru, “barang siapa ini?” Merri yang melihat plastik itu bingung karena tidak tahu apa di dalam plasti itu.
“Ada h*roin di dalam tas ini.”
Merri yang lelah langsung kaget dan bingung, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia berusaha menjawab namun dengan susah payah hanya mampu berucap dengan terbata bata sambil mengucurkan air mata:
“sa sa sa saya tidak tahu. itu bu bu bukan punya sa sa saya.”
Setelah sedikit tenang diambil handphone dalam kantongnya dan mencoba hubungi Jerry untuk meminta tolong, namun nomor telepon Jerry sudah tidak aktif. Merri terjatuh duduk di samping mesin x-ray setinggi 154.6 cm, dia baru sadar kalau dia selama ini ditipu.
Dia kemudian dibawa kekantor polisi. Walaupun telah menceritakan bagaimana semuanya terjadi percuma tidak ada yang percaya. Alih-alih mendapat belas kasihan Merri malah mengalami sejumlah pemukulan, disiksa dan dipaksa supaya mengakui bahwa h*roin tersebut adalah miliknya.
“Sudah mengaku saja, ini barang kamu kan?” tanya polisi dengan suara membentak.
“Sumpah pak itu bukan punya saya” Merri menjawab sambil merintih kesakitan
“Saya ditipu pak”
“Kamu tahu membawa heroin sebanyak ini kamu akan dieksekusi mati” petugas polisi kembali membentak.
Merri pun tidak lagi berharap akan ada orang lain yang akan percaya, dia hanya berdoa kepada Tuhan, karena nampaknya hanya Tuhan saja yang tahu kebenaran ceritanya.
Selama tiga belas tahun sebagai tahanan Merri hidup berpindah-pindah dari satu penjara ke penjara lainnya sambil menunggu eksekusi mati. Anak laki-laki yang dahulu diperjuangkan hidupnya supaya sembuh dari kanker akhirnya meninggal. Kakaknya marah kepadanya karena merasa telah ditipu. Merri tidak punya apa-apa lagi sekarang.
Berbagai cara telah dia tempuh agar pemerintah percaya dan membatalkan eksekusi mati, tapi sayang semua sia-sia. Cara terakhir yang dia tempuh adalah mengirim surat kepada presiden, walaupun dia juga tidak yakin presiden akan memberikan grasi. Dia bukan orang yang pintar merangkai kata-kata dan tidak punya pengetahuan untuk membuat psikologis seseorang tergucang. Hanya ini kalimat-kalimat dalam surat pendek yang bisa ditulis untuk diberikan kepada Presiden:
“Bapak, saya sangat menyesal atas kebodohan yang saya perbuat hingga membuat pelanggaran hukum, Semoga Bapak Jokowi dengan kemurahan hati bisa mengampuni semua yang pernah saya lakukan.”
Cerpen Karangan: Oov Auliansyah
Blog: oovauliansyah.blogspot.com
Di Kabupaten Sukoharjo yang berjarak sekitar 10 km sebelah selatan Kota Surakarta, tempat Presiden ke-7 Republik ini dilahirkan. Hiduplah seorang wanita yang pernah menjadi TKW bernama Merri Utami.
Merri adalah seorang perempuan dengan rambut berwarna hitam dan wajah berbentuk bulat. Dia seorang single parent, pernikahannya dengan laki-laki asal madiun tidak berjalan mulus. Selain pernikahannya yang gagal, dia juga harus menanggung beban menghidupi dua orang anak dari hasil perikahannya. Anak pertamanya, seorang wanita, sudah menikah. Sedangkan anak kedua adalah seorang laki-laki masih sekolah dan memiliki penyakit jantung bawaan lahir.
Untuk menanggung biaya sekolah dan pengobatan anak sulungnya Merri berencana untuk kembali bekerja menjadi TKI di Hongkong, karena gaji disana lebih besar dibanding jika ia bekerja di kampung halamannya.
Merri mengutarakan niatnya kepada keluarganya untuk kembali lagi bekerja di Hongkong, kakaknya berkata “kamu pakai alamat rumahku saja, supaya dokumen bisa diurus suamiku”
Kebaikan hati kakanya membuat rasa senang sekaligus tidak enak menghampiri hati Merri. Dia malu karena sejak selesai mengurus perceraian sampai sekarang dia tinggal di rumah kakaknya, sekarang ditambah harus pinjam alamat dan merepotkan suami kakaknya untuk mengurus dokumen.
“Terima kasih, mba. Maaf jadi repotin.”
“Nanti kalau surat-surat selesai, kamu langsung terbang ke Jakarta dan tinggal di penampungan TKI kan?” tanya kakaknya.
“Iya mba, aku langsung terbang ke Jakarta” jawab Merri.
Ketika di jakarta dalam perjalan menuju penampungan TKI, karena lapar Merri mampir dahulu ke daerah Sarinah untuk makan di sebuah restoran cepat saji. Ketika sedang asik makan tiba-tiba seorang laki-laki asing datang. Dengan senyum ramah laki-laki asing itu bertanya “Hello saya lihat anda sendirian, boleh saya duduk disini?”
Melihat laki-laki itu juga sendirian dan mubazir kursi di depannya kosong, Merri mempersilahkan laki-laki itu untuk duduk dan makan bersama.
“ohh, iya silahkan” Jawab Merri.
“Well, namaku Jerry, aku berasal dari Kanada dan sedang mengurus bisnis disini” Pria asing memperkenalkan namanya beberapa detik setelah duduk.
Setelah berkenalan, keduanya langsung akrab mengobrol bahkan sampai berbicara tentang kehidupan pribadi masing-masing, seperti orang sudah lama kenal.
Sejak pertemuan itu mereka akhirnya menjadi teman dekat dan saling jatuh cinta. 3 bulan sudah mereka berpacaran, selama itu pula Merri merasa menjadi wanita paling bahagia. Selain tampan, Jerry adalah seorang laki-laki yang sangat baik, penuh perhatian dan sering meberikan hadiah kepada Merri.
Suatu hari ketika mereka berkencan Jerry mengucapkan sesuatu yang membuat Merri sangat bahagia “Merri, sudahlah kamu tidak usah lagi ke penampungan. Jangan bekerja ke luar negeri!”
“Lalu, kalau aku tidak jadi kerja, bagaimana dengan keuangan keluargaku disini” jawab merri.
“Oke begini saja, tanggal 17 oktober kita liburan ke Nepal lalu akhir bulan kita pulang dan menikah, kamu mau?”
Merri langsung terkejut mendengar ucapan Jerry, setengah tidak percaya berkata “Serius, kamu mau menikahiku?”
“Tentu, aku akan langsung menikahi kamu setelah kita kembali dari liburan di Nepal” jawab Jerry.
“Iya, iya aku mau”, tanpa pikir panjang Merri langsung menerima ajakan Jerry dan keesokan harinya mereka berangkat ke Nepal.
Hari pertama dan kedua di Nepal pasangan ini menghabiskan waktu dengan sangat bahagia, siang dan malam yang penuh canda tawa. Tapi sayang di hari ketiga Jerry sudah harus kembali lagi ke Indonesia.
“Merri, maaf aku harus kembali ke Indonesia besok tanggal 20” Jerry memohon pamit.
“hahh, ada apa?” tanya Merri yang kaget mendengar ucapan Jerry.
“Aku ada urusan bisnis mendadak dan harus segera ke Indonesia.”
“Kamu disini saja karena kita sudah pesan hotel sampai tanggal 31. Aku telah memesan tas kulit untukmu dan akan diantar tanggal 31. Kamu bersenang-senang saja dulu disini”.
Merri hanya bisa diam dan menganggukan kepala mendengar ucapan Jerry.
Sampai akhirnya hari terakhir Merri di Nepal telah tiba dan tas hadiah Jerry baru saja diantar oleh dua orang laki-laki. Senang bukan kepalang Merri karena tas hadiah Jerry sangat cantik. Tapi dia heran, kenapa tas ini agak berat tidak seperti tas-tas yang pernah dia miliki.
“Terima kasih sudah mengantar tasnya, tapi kenapa tas ini sedikit berat” tanya Merri kepada laki-laki pengantar tas.
“nona, ini adalah tas kulit dengan kualitas terbaik jadi memang agak sedikit berat” jawab salah seorang pengantar tas.
“ohh begitu, maaf saya tidak mengerti tentang tas kulit” kata merri sambil tersenyum karena malu dengan pengetahuannya tentang tas.
“Baiklah nona kami mohon pamit, selamat tinggal. Hati-hati di perjalan pulang” pengantar tas mohon pamit.
Merri kembali ke Indonesia dengan hati yang gembira, dia membawa serta tas barunya sebagai barang bawaan di kabin. Tapi sayang, dia sangat lelah karena penerbangan yang memakan waktu berjam-jam, ketika meninggalkan bandara dia lupa jika membawa tas baru hadiah Jerry di kabin. Beruntung ketika hampir sampai di antrean taksi dia teringat akan bagasinya.
Dia kembali ke bandara dan menemukan bagasinya, untuk kedua kalinya dia meninggalkan bandara melewati jalan yang sama. Dia menyerahkan barang-barang bawaannya untuk pemindaian X-Ray, dan jalan dengan santai.
Merri yang lelah karena perjalan jauh tiba-tiba kaget mendengar suara dengan nada membentak dan tangannya digenggang dengan keras oleh seorang laki-laki.
Seorang petugas menarik sebuah kantong plastis dari dalam tas sambil berseru, “barang siapa ini?” Merri yang melihat plastik itu bingung karena tidak tahu apa di dalam plasti itu.
“Ada h*roin di dalam tas ini.”
Merri yang lelah langsung kaget dan bingung, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia berusaha menjawab namun dengan susah payah hanya mampu berucap dengan terbata bata sambil mengucurkan air mata:
“sa sa sa saya tidak tahu. itu bu bu bukan punya sa sa saya.”
Setelah sedikit tenang diambil handphone dalam kantongnya dan mencoba hubungi Jerry untuk meminta tolong, namun nomor telepon Jerry sudah tidak aktif. Merri terjatuh duduk di samping mesin x-ray setinggi 154.6 cm, dia baru sadar kalau dia selama ini ditipu.
Dia kemudian dibawa kekantor polisi. Walaupun telah menceritakan bagaimana semuanya terjadi percuma tidak ada yang percaya. Alih-alih mendapat belas kasihan Merri malah mengalami sejumlah pemukulan, disiksa dan dipaksa supaya mengakui bahwa h*roin tersebut adalah miliknya.
“Sudah mengaku saja, ini barang kamu kan?” tanya polisi dengan suara membentak.
“Sumpah pak itu bukan punya saya” Merri menjawab sambil merintih kesakitan
“Saya ditipu pak”
“Kamu tahu membawa heroin sebanyak ini kamu akan dieksekusi mati” petugas polisi kembali membentak.
Merri pun tidak lagi berharap akan ada orang lain yang akan percaya, dia hanya berdoa kepada Tuhan, karena nampaknya hanya Tuhan saja yang tahu kebenaran ceritanya.
Selama tiga belas tahun sebagai tahanan Merri hidup berpindah-pindah dari satu penjara ke penjara lainnya sambil menunggu eksekusi mati. Anak laki-laki yang dahulu diperjuangkan hidupnya supaya sembuh dari kanker akhirnya meninggal. Kakaknya marah kepadanya karena merasa telah ditipu. Merri tidak punya apa-apa lagi sekarang.
Berbagai cara telah dia tempuh agar pemerintah percaya dan membatalkan eksekusi mati, tapi sayang semua sia-sia. Cara terakhir yang dia tempuh adalah mengirim surat kepada presiden, walaupun dia juga tidak yakin presiden akan memberikan grasi. Dia bukan orang yang pintar merangkai kata-kata dan tidak punya pengetahuan untuk membuat psikologis seseorang tergucang. Hanya ini kalimat-kalimat dalam surat pendek yang bisa ditulis untuk diberikan kepada Presiden:
“Bapak, saya sangat menyesal atas kebodohan yang saya perbuat hingga membuat pelanggaran hukum, Semoga Bapak Jokowi dengan kemurahan hati bisa mengampuni semua yang pernah saya lakukan.”
Cerpen Karangan: Oov Auliansyah
Blog: oovauliansyah.blogspot.com
Dalam Bayangan Eksekusi Mati
4/
5
Oleh
Unknown